Cari Blog Ini

Selasa, 22 Agustus 2017

7 Tanda Lebih Baik Jadi Karyawan daripada Wirausaha

ditulis oleh Sander Winata (http://sapiterbang.asia/7-tanda-lebih-baik-jadi-karyawan-daripada-wirausaha/) “Anehnya perasaan “rapuh” ini membuat saya merasa jauh lebih hidup, lebih bersemangat daripada ketika saya merasa “aman” sebagai karyawan.” kertas buangSaya memasuki tahun ke 2 menjadi seorang wirausaha dan pada saat-saat susah sering terfikir untuk kembali mejadi seorang karyawan bekerja untuk orang lain. Bekerja untuk orang lain menjadi hal yang sangat nyaman karena sudah pasti ada gaji bulanan yang jumlahnya tetap dan sudah merupakan pendapatan bersih. Semua uang itu tidak dipotong apa-apa, semua adalah uang saya seutuhnya. Tidak perduli kondisi ekonomi baik atau buruk jumlah pendapatan yang didapat adalah sama. Sebagai usahawan saya tidak memiliki pendapatan bulanan yang tetap, memang saya menggaji diri saya sendiri ada gaji yang tiap bulan diterima namun disisi lain dengan mengetahui kondisi kas perusahaan, saya tahu berapa lama umur yang dimiliki perusahaan. Usaha yang baru seumur jagung membuat umur perusahaan kami hanya sebatas beberapa bulan kedepan, jika tidak ada pendapatan baru tiap bulan maka perusahaan dipastikan akan tutup hanya dalam beberapa bulan. Pro dan Kontra menjadi usahawan membuat saya merumuskan sebuah formula untuk menjawab pertanyaan “Pada kondisi seperti apa lebih baik saya jadi karyawan daripada usahawan” Lebih baik kita jadi karyawan bila : Usaha kamu mengikat kamu di satu tempat saja. Memiliki usaha sendiri akan memberikan kita kebebasan dalam mengatur waktu kita. Saya tidak mengatakan usahawan memiliki banyak waktu luang, saya mengatakan seorang usahawan bisa mengatur waktu sendiri. Menjadi usahawan sangat menyita waktu, otak selalu bekerja mencari cara agar umur perusahaan bisa semakin panjang, begitu banyak permasalahan operasional yang perlu diatasi. Namun di samping semua kesibukan tersebut, sebagai usahawan harus bisa mengembangkan sayap dan membuka bisnis-bisnis baru. Begitu banyak kesempatan diluar sana dan dengan waktu yang kita atur sendiri kita bisa membuat bisnis-bisnis baru yang pada akhirnya akan menjadi sumber pendapatan baru bagi kita. Prinsip saya sama seperti sebuah meja, semakin banyak kaki (usaha) yang dimiliki meja tersebut semakin stabil meja tersebut. Bila menjadi usahawan membuat kamu terikat pada satu usaha saja, ini adalah langkah yang salah. Usaha yang kamu jalankan tidak memiliki pontensi untuk menjadi besar. Jika kita tidak dalam kondisi terpaksa untuk menjadi usahawan (contohnya dipecat) maka pada umumnya tujuan utama menjadi usahawan adalah untuk menjadi kaya. Jadi bila usaha yang kamu jalani tidak ada potensi untuk menjadi besar dan membuat pendapatan kita lebih besar atau mungkin memberikan pengaruh posiif yang besar bagi lingkungan lebih baik kita berhenti dan bekerja untuk orang lain saja. Kamu terlalu terspesialisasi Menjadi usahawan berarti kita harus mengerti seluruh seluk beluk bisnis kamu, itu artinya termasuk perpajakan, peraturan ketenagakerjaan, dan semua hal lain yang mungkin kita anggap tidak berhubungan langsung dengan inti usaha (core business) kita. Sebagai usahawan memang tidak perlu menjadi ahli didalam hal tersebut tapi kita wajib mengetahui dan mengerti logika dari hal-hal tersebut. Hal-hal seperti perpajakan, ketenagakerjaan bila tidak di manage dengan baik bisa meruntuhkan usaha yang sudah dibangun dengan susah payah. Kamu merasa kamu berhak atas tunjangan, gaji dan fasilitas lainnya. Jika sebagai usahawan masih berfikir kamu berhak atas tunjangan, gaji, mobil perusahaan dll maka sudah pasti kamu bermental karyawan. Karena di mata seorang usahawan semua itu adalah biaya, biaya yang perlu ditutup melalui penjualan dan menjual tidaklah mudah. Namun lain halnya dengan karyawan sebagai usahawan perlu memberikan itu semua ke karyawan karena tanpa itu semua kita akan mengalami kesulitan didalam mempertahankan karyawan. Namun bagi diri sendiri kita akan lebih memperhatikan Net Profit daripada semua fasilitas tersebut, Kita akan mulai memperhatikan hal-hal tersebut bagi diri sendiri seiring dengan naiknya omzet (perputaran usaha) di saat kita mampu membayar semua hal tersebut. Kamu tidak suka office politics (Politik kantor) Saya juga tidak suka office politics namun tidak bisa dipungkiri office politics digunakan untuk memenangkan client-client dan mendapatkan bisnis dari mereka. Mendapatkan bisnis dari orang lain banyak atau sedikit pasti akan melibatkan unsur politik disana kita harus mengerti bagaimana sebuah proses pengambilan keputusan terjadi di sebuah kantor, siapa saja orang-orang yang berpengaruh dan bagaimana cara kita mendekatkan diri ke pengambil keputusan dan juga ke orang yang mengeksekusi. Tentu saja politik yang dijalankan harus yang bersih dan etis. Kamu tidak mau memperbaiki printer sendiri dan nge-pel kantor sendiri. Ini adalah usaha kamu sendiri, mati hidupnya diri kamu dan keluarga kamu ada di usaha ini. Sudah sewajarnya kamu akan melakukan apa saja sebisa kamu untuk melancarkan jalannya usaha, termasuk didalamnya melakukan berbagai pekerjaan yang mungkin kita anggap rendah. Didalam kondisi yang terjepit kita harus mau melakukan berbagai pekerjaan “aneh” agar perusahaan bisa tetap berjalan dengan lancar. Kamu tidak mau beralih usaha (pivot). Usaha pertama bisa saja gagal tidak ada yang menjamin bahwa usaha pertama akan langsung lancar. Dalam tahap-tahap awal dalam tema mempertahankan perusahaan maka kamu harus rela menerima berbagai pekerjaan yang mungkin tidak ada hubungannya dengan usaha utama semua demi menjaga arus kas positif. Arus kas yang positif adalah hal utama yang perlu dikejar dengan berbagai cara bahkan bila itu berarti sebagai penjahit baju beralih menjadi pembuat spanduk, selama asset perusahaan bisa mensupport bisnis tersebut kenapa tidak. Note : Pivot terlalu sering juga tidak baik, sebuah usaha butuh focus. Menjadi seorang usahawan tidaklah mudah, ada saat-saat dimana kita akan merasa tersesat tidak tahu harus melangkah kemana dengan bayang – bayang berbagai biaya bulanan yang harus ditutupi. Anehnya perasaan “rapuh” ini membuat saya merasa jauh lebih hidup, lebih bersemangat daripada ketika saya merasa “aman” sebagai karyawan. Menjadi usahawan tidaklah mudah, kita menjadi rentan dan rapuh tidak punya safety net. Kita bermain tidak dengan peluru karet lagi tapi dengan peluru hidup. Menjadi usahawan adalah suatu hal yang besar yang perlu dipikirkan baik-baik, butuh diskusi silahkan contact di sander@sapiterbang.asia